Senin, 13 Agustus 2012

Tinjauan Sejarah Musik


 Dalam tinjauan sejarah musik, secara umum dapat dikelompokkan kedalam bagian- bagian sebagai berikut:



   1.  Era Kuno / Antiquity (500)


 Musik Barat Awal terbentuk oleh tiga komponen budaya meliputi tradisi-tradisi yang tidak sepenuhnya Eropa: Pertama,  Timur Tengah dan Mesir Kuno (daerah Mesopotamia di sekitar sungai Tigris dan Euphrate yang didiami suku-suku bangsa Sumeria, Babylonia, dan Assyria) meninggalkan artefak gambar-gambar instrumen musik yang sudah lengkap (idiofon, aerofon, kordofon, dan membranofon) untuk memainkan himne yang diukir pada batu tahun 800 SM. Lima ratus tahun kemudian Bangsa Mesir melakukan hal yang sama, sedangkan bangsa Yahudi tercatat sejak tahun 2000 SM dan didokumentasikan dalam Kitab Perjanjian Lama yang lebih berkembang karena kemudian diadobsi dan diadaptasikan dalam liturgi agama Kristen kemudian. Tradisi peribadatan Yahudi di synagoge (kuil) berupa gaya menyanyi silabis dan melismatis hingga kini tetap digunakan di seluruh dunia.  

 Kedua,  Yunani Kuno, merupakan budaya yang paling berpengaruh pada perkembangan musik di Barat melalui bangsa Romawi yang menaklukkan mereka tetapi sekaligus banyak mengadobsi budayanya. Sejarah Yunani baru mulai sekitar tahun 1000 SM tetapi segera mempengaruhi bangsa-bangsa sekitarnya. Dua dewa yang paling dipuja bangsa Yunani Kuno adalah Apollo dan Dionysus—kelak menjadi prototipe dua kutub aliran estetika yang saling berlawanan yakni klasik dan romantik. Pemuja Apollo, memainkan instrumen musik berdawai kithara sejenis  lyre adalah kaum yang berwatak objektif terhadap ekspresi, sederhana, dan jernih. Sebaliknya pengikut Dionysus suka memainkan instrumen tiup  aulos, bersifat subjektif, emosional, dan berhawa nafsu besar.

 Doktrin etos seperti yang dijelaskan filsuf Plato dan Aristoteles meyakini bahwa musik memberikan efek langsung pada perilaku seseorang yang mendengarkannya. Akibatnya, sistem sosial dan politik menjadi belit-membelit dengan musik, pendidikan berfokus pada musik dan olahraga senam (musica  dan gymnastica), bahkan untuk membentuk tatanan fundamental masyarakat dilakukan rasionalisasi musik seperti: penalaan nada, memilih instrumen musik, mencipta modus dan ritme-ritme. Ahli matematik Pythagoras menjadi orang pertama yang meneliti perbandingan-perbandingan getaran dawai dan menetapkan urutan nada-nada yang hingga kini menjadi dasar sistem musik diatonik.  

 Ketiga, Romawi Kuno, bilamana budaya musikal wilayah Mediterania timur dicangkok-kan ke dalam wilayah Mediterania barat oleh kembalinya serdadu-serdau Romawi, maka modifikasi dengan berbagai selera dan tradisi-tradisi lokal yang ada tak bisa dihindarkan. Modifikasi nyatanya bahkan hanya lebih menyederhanakan saja dari model-model yang diadobsi. Tangga nada diatonik (tujuh nada) dijadikan standar menggantikan struktur-struktur kromatik dan enharmonik dari sistem musik Yunani. Romawi tidak memiliki kekayaan warisan musikal berupa: teori akustik, konsep modus, pengelompokan ritme, organologi instrumen musik, sistem notasi yang meliputi pitch dan durasi, dan banyak repertoar berupa melodi-melodi yang digunakan untuk contoh-contoh pada komposisi selanjutnya.



   2. Era Abad Pertengahan / Medieval Era (600-1450 )


Meliputi suatu periode masa yang paling panjang terkait dengan  semua kehidupan dan seni untuk pelayanan gereja. Musik untuk keperluan ibadat, sebagai alat utama untuk memahami karya-karya Tuhan Allah. Mewarisi modus-modus Yunani, bangsa Romawi yang  kristen mengembangkan modus-modus gereja sebagai sistem tangga nada yang hingga kini masih digunakan dalam berbagai peribadatan kristen. Standarisasi dalam berbagai lapangan pengetahuan juga terjadi dalam musik, biarawan dan teoretikus musik Guido d’Arezzo (ca. 997 – ca. 1050) merancang sistem menyanyi yang dinamakan ’solmisasi’. Pemimpin gereja Paus Gregorius I mengatur penggunaan lagu-lagu pujian untuk peribadatan gereja yang dikenal dengan Gregorian chant.

 Gaya polifoni sebagai teknologi komposisi yang menggabungkan  dua alur melodi atau lebih memperkaya rasa keindahan musikal dibandingkan gaya monofon sebelumnya dan cikal-bakal harmoni. Pusat musik abad ke-14 adalah Italy dengan komposer-komposer penting seperti Francisco Landini, Giovanni da Cascia, dan Jacopo da Bologna. Untuk pertama kali di Paris para pencipta musik Léonin dan Perotin yang notabene adalah biarawan Katedral Notre-Dame disebut sebagai komposer-komposer ”Aliran Notre-Dame” (The Notre-Dame School). Sebuah risalah penting berjudul Ars Nova (Seni Baru) oleh Philippe de Vitry muncul lebih awal pada abad ke-14 dan sekaligus menunjukkan bahwa seni yang berkembang sebelumnya menjadi kuno.  


   3. Era Renaisans (1450-1600)


 Berwatak klasik, pengekangan, menahan diri, dan kalem. Selain tertarik pada kebudayaan Yunani Kuno, juga berkembang humanisme khususnya di Italia dan fundamentalisme di Eropa Utara, tetapi sarat dengan penemuan ilmiah. Kebudayaan termasuk musik berkembang baik di dalam maupun di luar gereja. Manusia seperti telah menemukan kembali jati dirinya terutama tampak pada idealisme kaum Protestan yang meyakini bahwa manusia bisa berhubungan langsung dengan Tuhan-nya. Melodi dan tekstur musik masih menggunakan modus-modus sebelumnya, tetapi akord-akord mulai disusun dengan cara menghubungkan melodi-melodi yang menghasilkan konsonan atau disonan. Selain musik vokal, era ini ditandai mulainya komposisi solo dengan iringan ansambel instrumental. Selama abad ke-16 musik instrumental merangkak naik cepat terkait dengan perkembangan teknik-teknik permainan instrumen yang idiomatis seperti ritme-ritme beraksen kuat, nada-nada yang diulang-ulang, wilayah nada semakin luas dan panjang, nada-nada yang ditahan dan frase-frase, dan banyak ornamentasi melodi. 


 Renaisans dapat diartikan sebagai periode dalam Sejarah Eropa Barat dimana manusia mulai melakukan eksplorasi terhadap dunia, baik melalui perjalanan atau penjelajahan ke Timur maupun ke Selatan belahan bumi, tetapi mereka juga gemar mengembangkan ilmu pengetahuan dan kesenian. Oleh karena pikiran manusia menjadi semakin bebas, maka musik sekuler mulai muncul dan berkembang pula musik-musik instrumental yang semula kurang mendapatkan tempat di lingkungan tradisi gereja. Tetapi musik gereja tetap sangat penting dan gaya polifonik vokal sangat berkembang pada periode ini. Komposer-komposer terpenting ialah Josquin des Prés, Orlandus Lassus, William Byrd, dan Giovanni Pierluigi da Palestrina. 



   4. Era Barok (1600-1750)  


 Periode waktu musik Barok yang juga dikenal sebagai awal suatu masa paling dramatik dalam sejarah musik, dikatakan sebagai mulainya era tonal, tetapi totalitas musik yang menggunakan tangga nada diatonik sebenarnya berlangsung hingga pada awal abad ke-20, selebihnya musik modern mulai banyak yang meninggalkan sistem diatonik itu. Sekalipun kata Perancis Baroque; Inggris/Jerman: Barock; Italy: Barocco—semua menunjuk pada kata sifat ’bizaree’ (aneh, ajaib, dan ganjil)—pada  mulanya berkonotasi buruk, digunakan untuk tujuan menghina, merendahkan, dan abnormal; tetapi definisinya semakin menjadi positif, agung, dramatik, dan bahkan mengandung spirit kuat dalam seni. Spirit itu diperlukan untuk mengembangkan kekayaan musikal dan menumbuhkan dengan cepat teknik-teknik yang diperlukan. Dua gaya musik yang terpenting adalah gaya antik (prima prattica, stile antico) dan (sconda prattica,  stile moderno) yang lebih teatrikal daripada yang pertama. Periode pertama era Barok sebagai awal ditandai dengan penerapan unsur dramatik pada musik terutama pada operan dan oratorio, tetapi juga pada musik instrumental dengan menambahkan unsur-unsur dinamik seperti forte-piano (keras-lembut).  

 Di Italy ada komposer-komposer antara lain Giulio Caccini, Jacopo Peri, Claudio Monteverdi, dan Pietro Francesco Cavalli; di Perancis ialah Jean Baptiste Lully; dan di Jerman Heinrich Schütz. Periode kedua ditandai oleh adanya unsur keseimbangan harmonik dan polifonik pada komposisi-komposisi Barok yang dilakukan oleh para komposer Italy Arcangelo Corelli, Antonio Vivaldi, Allesandro Scarlatti, dan Domenico Scarlatti; Inggris Henry Purcell, komposer Perancis Francois Couperin, Jerman Johann Sebastian Bach, dan George Frideric Handel.  Musik Barok menyumbang bagi kesempurnaan sistem musik Barat dengan sistem tonalitas yang berbasis perkuncian, memformulasikan nada-nada menjadi akord-akord, interrelasi melodi dan akord dalam tangga nada mayor atau minor—menjadikan musik diatonik bisa diterima mendunia. Dua gaya musikal yang sangat berbeda dari Renaisans adalah gaya musik concertato dan basso continuo.  

 Gaya pertama menerapkan teknik kontras, kombinasi, dan alternasi antara solo dan iringan; sedangkan yang kedua teknik menggarap iringan musik berbasis nada-nada bas (nada paling bawah). Dua gaya itu banyak digunakan dalam komposisi instrumental yang menjadikan era ini merupakan masa gemilang musik instrumental seperti jenis musik ”sonata” dan ”concerto”. Pusat-pusat musik Barok dan para komposernya adalah Italia, Perancis, Inggris, dan Jerman; semua menghasilkan beraneka ragam repertoar musik vokal dan instrumental seperti sinfonia, overture, opera,  sonata da chiesa, dan  sonata da camera. Musik hiburan (entertainment music) secara bertahap mulai berkembang baik secara kualitas maupun kuantitasnya dan memperkaya musik gereja yang sudah ada. Mulai tahun 1700 beberapa bentuk musik berbeda muncul seperti solo sonata, trio sonata, suita tarian, dan concerto grosso.  


     5. Era Klasik (1750-1820)  

 Seperti yang terjadi pada era Renaisans, sebenarnya cukup sulit mendefinisikan era ini sekalipun menggunakan tinjauan periode waktu, perbedaan gaya-gaya musikal, perilaku estetik, idealisme, atau bahkan 
norma-norma yang ditetapkan. Cara paling mudah memahami era Klasik ialah dengan memahami klasikisme sebagai idealisme para pemuja dewa Apollo era Yunani Kuno. Era ini mewarisi dan mengembangkan klasikisme secara total melalui pikiran positif, sikap tenang, seimbang antara rasio dan rasa, dan struktur yang jernih. Jika Apollo adalah dewa keadilan, keindahan, seni, musik, dan sebagai personifikasi dari watak tenang dan seimbang (hamonious tranquility); maka teori penting tentang Apollo dikembangkan Nietzsche yang mengatakan bahwa Apollo adalah dewa kebijaksanaan, pikiran analitis, pembentuk kepribadian, refleksi diri, dan pemahaman—yang dilawan oleh Dionysus sebagai dewa yang melahirkan prototipe romantikisme.   


 Kata “klasik” bermakna sesuatu yang ber-‘kelas’ tinggi, bukan sesuatu yang berkualitas sembarangan. Musik klasik (semua musik serius) termasuk dalam kategori itu, tetapi era Klasik tidak mendadak menemukan jati-dirinya melainkan dimulai oleh gaya rokoko yang riang (galant style) khususnya di Perancis dan gaya  sentimental (empfindsamer stil) yang dikembangkan pada tahun 1750 hingga 1760-an di Jerman. Perancis menyumbang obsesi kejernihan (lightness), keanggunan (gracefulness), dan hiasan (decoration); sedangkan Jerman lebih senang pada masalah rasa (sensibilities). Di Jerman suatu gerakan kesenian yang penting adalah  Sturm und Drang (”Storm and Stress”, ”Badai dan Stres”) muncul selama tahun 1770 hingga 1780-an dipelopori oleh pujangga besar Goethe dan kawan-kawan yang mengajak agar lebih meningkatkan ekspresi personal dan menggunakan repertoar bangsa sendiri dalam karya-karya seni—Jerman.  


 Perubahan fundamental gaya musikal Klasik dari Barok diinspirasikan oleh Rokoko yang memurnikan kembali idealisme klasik Yunani Kuno oleh para komposer hebat seperti Joseph Haydn, Wolgang Amadeus Mozart, Christoph Willibald Gluck, dan Ludwig van Beethoven. Untuk pertama kali dalam sejarah musik bahwa musik instrumental lebih penting daripada musik vokal. Orkestra dan musik kamar sepertikuartet, kuintet, dan trio piano—dijadikan standar dan menggantikan dominasi ansambel-ansambel Barok. Polifoni digantikan gaya homofoni yang membedakan fungsi melodi dan progresi akord-akord sebagai iringan. Bentuk musik (musical form) terpenting adalah bentuk sonata (sonata form) yang digunakan pada simfoni, sonata, dan konserto.  

 Suatu gerakan kesenian yang penting ialah  Sturm und Drang (”Storm and Stress”, ”Badai dan Stres”) muncul di Jerman dipelopori oleh pujangga besar Goethe dan kawan-kawan, mengajak seniman agar lebih meningkatkan ekspresi personal dan menggunakan repertoar sendiri dalam karya-karya seni. Melalui gerakan kebudayaan itu para pujangga menggugah kesadaran cinta tanah air atau nasionalisme bagi bangsa Jerman melalui perhatian mereka pada karya-karya seni bangsa sendiri. 



   6. Era Romantik (1820-1900)  


 Komposer-komposer Jerman seperti Beethoven merespon gerakan Sturm und Drang dan menjadikan pergantian gaya musikal dan sikap estetik yang lebih personal, nasionalistik, bebas, dan menjadikan ciri khas Romantik.  Batasan romantik berasal dari sastra Jerman pada akhir abad ke-18, seorang penulis Franco-Swiss bernama Mme de Staël mengaitkan gagasan-gagasan baru dengan gerakan yang terjadi pada tahun 1813 sebagai sesuatu yang asli, modern, populer, natural, religius, dan pemberlakuan institusi-institusi sosial. Maka musik Romantik berbeda dari gaya sebelumnya dan acapkali dikatakan berlawanan dengan Klasik karena wataknya yang emosional, subjektif, nasionalis, individual, eksotis, melarikan diri, nafsu bebas, dan bahkan tidak rasional.

 Sifat-sifat gaya romantik sangat ditentukan oleh upaya para komposer yang memperkaya sumber-sumber inspirasi dan sumber-sumber material bagi komposisi mereka. Orkestra, musik piano, solo vokal dengan iringan piano, dan opera dijadikan sebagai jenis-jenis musik utama, tetapi musik kamar dan musik vokal pujian agak dipinggirkan. Metrik genap dan metrik gasal dijadikan sebagai basis metrik musik, tetapi terkadang dilakukan juga eksperimen-eksperimen menggabungkan keduanya secara tidak biasa. Ritme diakui sebagai suatu inti yang penting dari masalah ekspresi dalam musik. Gaya melodi ditekankan berasal dari gaya menyanyi dengan ciri panjang dan alur-alur lirik. Di sisi lain kemungkinan-kemungkinan baru secara idiomatis pada perwatakan instrumen digali dan dikembangkan. Elemen-elemen harmoni dan tonal terus-menerus dikembangkan selama abad itu, dengan kromatikisme, sonoritas diperkaya misalnya dengan akord tujuh dan akord sembilan, dan bunyi-bunyi yang nonharmonis banyak digunakan secara lebih bebas. Modulasi-modulasi semakin menjauh dari tonalnya, tetapi musik masih berpusat pada melodi dan harmoni. 

 Beethoven adalah seorang figur transisional yang menghantarkan gaya Klasik abad ke-18 menuju gaya Romantik abad ke-19. Ia adalah komposer yang paling fenomenal dalam sejarah musik diatonik karena kegigihannya dalam menunjukkan personalitas dan watak pribadi melalui komposisi-komposisinya. Terinspirasi oleh adanya kekuatan-kekuatan revolusioner pada masanya, terutama Revolusi Perancis, ia mendeklarasikan sendiri sebagai pembaharu artistik yang merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan atau patron tertentu. Pada awalnya ia mencipta musik demi memenuhi pesanan dan imbalan finansial, tetapi kemudian pada tahun 1820 ia mulai mendeklarasikan kebebasan dirinya dalam mencipta musik dan hanya menulis musik jika digerakkan oleh imajinasi dan kata hatinyas saja. Ia telah menetapkan aspek-aspek seperti individualitas, subjektivitas, dan ekspresi emosional sebagai standar pada komposer-komposer Romantik. Kemerdekaan atau kebebasan (freedom) adalah kata yang melekat pada komposer paling fenomenal ini, ia berani melawan Kaisar Napoleon Bonaparte melalui Simfoni No. 3 Eroica yang kemudian menjadi tonggak sejarah musik Romantik. Beethoven tampil sebagai pujangga musik dunia yang mampu 
menembus batas-batas kultur Barat. 


   7. Era Kontemporer 1900- Sekarang 

 Periode ini dalam sejarah musik sering disebut sebagai periode Modern sejak tahun 1900 sebagai titik awalnya. Era kontemporer musik dipicu oleh peran komposer-komposer Romantik yang mengembangkan gaya nasionalistik terutama yang berkembang di negara-negara Eropa Timur. Nasionalisme menjadi salah-satu ciri utama Romantik selain kecintaan mereka kepada alam, kepahlawanan, cinta, tragedi, mistik, kelucuan, dan sesuatu yang eksotis. Nasionalisme memberikan ciri khusus pada musik-musik yang berkembang di Eropa Timur dan berbeda daripada Eropa Barat pada umumnya. Para komposer Romantik di Eropa Timur banyak menghadirkan musik yang bernuansa budaya nasional, idiom-idiom lokal, dan tertarik dengan keindahan pemandangan alam setempat. Claude Debussy dan Maurice Ravel mereka adalah komposer-komposer Perancis yang mengawali periode komtemporer dengan gaya impresionisme. Musik era ini menggunakan pola-pola ritme yang tak berbentuk, tangga nada  whole-tone, konsep tentang hubungan bebas pada harmoni-harmoni berdekatan, dan tekstur-tektur kalaedokopik dari impresionisme musikal. Gerakan-gerakan estetik adalah manifestasi-manifestasi musikal yang bersumber dari seni lukis dan sastra. 

 Karya-karya eksperimental dari Arnold Schoenberg dan Igor Stravinsky sekitar tahun 1910 dikabarkan sebagai zaman baru dalam musik. Schoenberg adalah seorang pioner yang mengadopsi ide-ide dari gerakan para Ekspresionis—seperti Impresionisme yang diambil dari perkembangan seni-seni lain. Ekspresionisme mengeplorasi konsep-konsep konsonan dan disonan dari harmoni tradisional untuk mengembangkan ”atonalitas” dan ”teknik 12-nada”. Gaya revolusioner dari Stravinsky terkadang disebtu “dinamisme”, “barbarisme”, atau “primitivisme”, berkonsentrasi pada ketidakseimbangan metrik dan disonan-disonan perkusif, serta didahului suatu dekade dari percobaan ekstrim yang bertepatan dengan Perang Dunia I, suatu periode besar terkait dengan pergolakan sosial dan politik. Musik periode kontemporer telah terkait dengan nilai-nilai sosial, politik, dan banyak hal lain selain nilai keindahannya. 

 Kontras dengan eksperimen-eksperimen Schoenberg dan Stravinsky tersebut selama dekade kedua abad ke-20 muncul aliran yang ingin kembali kepada idaman-idaman estetika akhir abad ke-18 dan kemudian dinaman Neoklasik. Tokoh-tokohnya ialah Paul Hindemith, Béla Bartok, dan Sergey Prokoviev dan Alban Berg. Aliran ini berwatak terbebas dari muatan emosional, penyederhanaan material-material, struktur dan tekstur; dan lebih mementingkan garis-garis melodi kontrapungtis daripada warna harmonik atauinstrumental. Neoklasik diteruskan sebagai tren utama hingga sekitar tahun 1920 dan Perang Dunia II berlangsung, teknik-teknik ekspetimental dikenalkan selama dekade kedua abad ini secara bertahap dimurnikan kembali, dimodifikasi, dan digabungkan ke dalam perbendaharaan istilah musikal yang diterima umum.  

 Pasca Perang Dunia II ditandai oleh dua sikap artistik utama yang cenderung menggabungkan unsur-unsur yang ada, Anton von Webern membawa komposisi serial secara lebih ekstrim secara ketrampilan dan intelektual yang berorientasi kepada Klasikisme daripada Ekspresionisme. Stravinsky, anggota tertua dari kelompok Neoklasik, mulai melakukan ekperimen dengan Serialisme. Musik Avant-garde mulai dikembangkan dengan teknik-teknik yang memungkinkan menggunakan unsur elektronika. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar